Jumat, 10 April 2020

five out of ten

empat atau lima bulan lamanya aku udah mulai makin stabil. enggak ada lagi nangis malam-malam, enggak ada lagi mood yang tibba-tiba berubah secara drastis. enggak ada lagi euforia yang tiba-tiba datang tanpa penjelasan kenapa aku bahagia banget. yaa positifnya, emosi aku cukup flat sekarang untuk berfikir jernih, atau terlalu jerni.

tahun 2019 menjadi tahun breakthrough yang aku rasakan. mulai dari perkenalan awal dengan sayangku yang sekarang, (aku bener-bener merasa diberi pencerahan dalam hidup setelah ketemu dia). sampai aku sekarang terdiagnosa pasti mental illness yang selama ini aku pelajari di buku atau internet.


tahun lalu sangat kacau dan overwhelming bagi aku. banyak hal yang terjadi tapi benar-benar enggak bisa aku ceritakan satu-satu. kadang kala aku bersyukur masih hidup di titik ini sekarang.

bicara tentang mental illness ku, aku di diagnosa dengan bipolar disorder tipe 2.
sekarang, setiap harinya aku harus minum obat yang jumlahnya enggak sedikit. kalau aku skip minum salah satu obat, akan jadi kacau dan enggak karuan. bukan ketergantungan, cuma, mereka membuat aku lebih baik selama berbulan-bulan ini. bahkan yang diberikan psikiater-ku tergolong kecil dosisnya. hanya jumlah obatnya memang cukup banyak.

aku juga sangat bersyukur dengan pasanganku yang sekarang. dia yang tidak pernah lelah untuk mendukung aku untuk terus hidup, terus maju, terus berfikir bahwa semua orang sayang diriku. padahal dia sempat melihat fase dimana aku sangat-sangat down dan terlalu kacau untuk lebih waras lagi. tapi, sampai saat ini pun dia tetap ada di sisiku. itu membuktikan sesuatu, right?
dia juga salah satu yang mengenalkanku dengan para survivor lainnya, yang selalu cek keadaan aku seenggaknya satu bulan sekali. iya, yang aku butuhkan mungkin hanya sebaatas dukungan. entah apa lagi nanti apa yang aku butuhkan.

mengeluh untuk segalanya tidak berjalan dengan lancar? aku rasa tidak juga. it happen for reasons. mungkin =, kalau sekarang aku sudah sumpah seperti semua teman-temanku, aku akan berada di posisi yang membuat semua orang khawatir akan keselamatanku akan wabah COVID-19. tapi, ada sedikit penyesalan juga karena tidak bisa membantu. padahal seluruh keluargaku adalah petugas kesehatan yang terjun langsung.
ada rasa bersalah di sisi itu. tapi mulai aku redam sedikit-demi sedikit.

stres dan cemas hanya akan memperparah bipolar-ku.


tapi rasanya lelah. entah apa ini efek samping atau apapun, aku sudah benar-benar jarang menangis. bahkan, untuk perasaan ingin menangis aja seperti tertekan. satu sisi, aku merasa lega karena tidak terus-menerus menangis baik dengan atau tanpa alasan sama sekali. tapi di sisi lain, aku merasa mood-ku ini menjadi terlalu datar.

ketidak pedulian aku saat aku SMP dulu seperti kembali. tapi dengan evolusi diriku yang semakin dewasa dan agak sedikit memilih untuk bersikap terhadap suatu hal.

sulit. aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada diriku sendiri.

tapi, bukan! ini bukan quarter-life crisis yang orang-orang banyak gaungkan akhir-akhir ini. aku hanya merasa.. entahlan. saking banyak hal yang ingin aku lakukan dan fikirkan, jadinya seperti meledak dan meninggalkan rasa kosong dan kebingungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar